Google Image |
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas
selesainya makalah yang berjudul “Antropologi Kebudayaan” dengan tepat waktu.
Kami sebagai anggota kelompok 4 menyadari bahwa
makalah ini belum sempurna.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari
rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini. Saya berharap
makalah ini dapat menjadi referensi lanjutan dan bermanfaat bagi pembacanya.
Amin.
Kendari, 11 Oktober
2016
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar.............................................................................................................
1
Daftar Isi .....................................................................................................................
2
BAB I :
PENDAHULUAN
Latar
Belakang ...........................................................................................................
3
BAB II :
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kata “Antropologi Kebudayaan”
...................................................... 4
B. Definisi Kebudayaan Menurut Antropologi
........................................................ 4
C. Substansi Kebudayaan
.........................................................................................
5
D. Unsur-Unsur Kebudayaan
...................................................................................
8
E. Karakteristik Kebudayaan
...................................................................................
9
BAB III :
KESIMPULAN
Kesimpulan
............................................................................................................
11
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR
BELAKANG
Manusia adalah makhluk yang paling berkuasa di mana
pun ia berada. Diciptakan dengan segala kesempurnaan yang ada pada diri
manusia. Selain memiliki akal pikiran, manusia juga dianugerahi naluri yang
merupakan bawaan dari alam. Naluri dan akal pikiran tersebut akan digunakan
untuk memenuhi hasrat hidupnya guna menjamin kelangsungan hidup manusia. Dalam
perkembangannya, manusia akan mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Manusia akan semakin mengembangkan akal pikirannya karena
mengandalkan naluri saja tidak akan mampu membuat mereka bertahan hidup.
Dengan
mengembangkan akal pikirannya maka kemampuan manusia akan semakin bertambah.
Cara-cara untuk bertindak melakukan aktivitas kehidupan juga semakin bervariasi.
Tindakan yang semula hanya berasal dari naluri dan refleks, selanjutnya akan
semakin dirombak agar mempermudah aktivitas manusia atau hanya sekedar untuk
menghasilkan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya yang pernah dilakukan. Dalam
perkembangannya, tindakan-tindakan tersebut akan menghasilkan sebuah
benda-benda (peralatan), baik untuk membantu manusia atau untuk fungsi lainnya.
Tindakan, rasa, dan karya yang dihasilkan tersebut
tentu saja melalui sebuah proses belajar. Sebab kemampua-kemampuan tersebut
tidak akan bisa muncul apabila tanpa dibiasakan dengan belajar dan mencoba.
Proses belajar untuk menghasilkan tindakan ini akan membentuk suatu kebudayaan.
Kebudayaan tersebut akan dibahas lewat ilmu “antropologi” yang menjadikan
budaya menjadi salah satu dari pokok bahasannya. Cabang dari antropologi yang
membahas budaya ini biasa disebut “antropologi kebudayaan”.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
KATA “ANTROPOLOGI KEBUDAYAAN”
Antropologi kebudayaan merupakan
gabungan dua buah kata yaitu antropologi dan kebudayaan budaya. Istilah
Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti manusia dan logos yang
berarti ilmu atau teori. Jadi Istilah antropologi berarti ilmu tentang manusia.
Sedangkan kebudayaan dalam arti culture memiliki arti sebagai segala daya dan
aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa Antropologi kebudayaan adalah ilmu tentang manusia yang mempelajari
aktivitas dan tingkah laku manusia.
B. DEFINISI
KEBUDAYAAN MENURUT ANTROPOLOGI
Manusia adalah makhluk yang paling
unggul diantara makhluk yang lain. Salah satu keunggulan manusia diantara
makhluk yang lain tersebut adalah kebudayaan. Dengan kebudayaan tersebut
memungkinkan manusia untuk hidup di berbagai macam lingkungan alam dan berkuasa
diantara makhluk-makhluk yang lain. Kebudayaan sejatinya erat dengan yang
namanya “proses belajar”. Manusia memang memiliki naluri/insting. Akan tetapi,
untuk mencapai suatu kebudayaan tidak hanya mengandalkan naluri saja. Proses
belajar juga sangat diperlukan agar manusia tersebut memiliki kebudayaan unggul
yang dapat menambah nilai pada diri manusia.
Definisi kebudayaan menurut antropologi
berbeda dengan definisi dari berbagai ilmu yang lain. Secara umum, kebudayaan
dikenal sebagai segala sesuatu yang indah dan memiliki seni di dalamnya,
seperti tarian, candi, musik daerah, batik, filsafat, kesusatraan dan
lain-lain. Dalam antropologi, lebih menekankan pada aspek belajar dan analisa
cara hidup dan tindakan manusia. Sehinngga, definisi “kebudayaan” menurut
antropologi adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang
dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya
dengan belajar. Salingmenyapa,beramah tamah dan berjabattangan adalah suatu
nilai. Dari definisi “kebudayaan” menurut antropologi tersebut, menekankan pada
tindakan dan proses belajar. Sehingga, hampir seluruh kegiatan dan tindakan
yang dilakukan manusia dalam kehidupan bermasyarakat dibiasakan dengan belajar.
Beberapa ahli antropologi yang mengajukan definisi ini adalah C. Wissler, C.
Kluckhohn, A. Davis, dan A. Hoebel.
C. SUBSTANSI KEBUDAYAAN
1. Nilai Nilai adalah suatu hal yang
dianggap bernilai atau berharga yang dianggap penting dalam suatu masyarakat
yang dibuat untuk menjadi pedoman hidup sehari-hari. Nilai tersebut bersifat
mengikat setiap individu dalam suatu kelompok. Sekaligus menjadi watak dasar
atau karakter kepribadian bersama. Prof. Notonegoro mengklasifikasikan nilai
menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Nilai Material Nilai material merupakan
nilai yang terkandung dalam suatu benda karena memiliki kegunaan sebagai bahan
pembuatan barang tertentu, seperti pasir, batu, tembaga, emas, batu bara, dan
sebagainya.
b. Nilai Vital Nilai vital adalah
nilai yang terkandung di dalam suatu benda sebagai akibat dari kegunaan atau
fungsi yang ditimbulkan dari benda yang bersangkutan. Misalnya: gergaji
memiliki nilai untuk memotong kayu, kapak memiliki nilai untuk membelah kayu,
kendaraan memiliki nilai sebagai alat transportasi, kalkulator memiliki nilai
sebagai mesin hitung, dan sebagainya.
c. Nilai Spiritual Nilai spiritual
adalah nilai yang terkandung di dalam jiwa manusia. Nilai spiritual ini
bersifat abstrak yang meliputi nilai religius, nilaiestetika, dan nilai moral.
Nilai religius merupakan nilai-nilai kebenaran yang terkandung di dalam suatu
ajaran agama atau kepercayaan tertentu. Nilai estetika merupakan nilai
keindahan yang terdapat dalam suatu benda. Sedangkan nilai moral merupakan
nilai mengenai baik buruknya perilaku manusia.
1. Mempelajari lingkungan, Flora, dan
fauna, merupakan suatu sistem pengetahuan. Sesuatu dikatakan bernilai apabila
berguna dan berharga (nilai kebenaran), indah (nilai estetika), baik (nilai
moral atau etis), religius (nilai agama). Menurut C. Kluchon, yang menentukan
orientasi nilai budaya manusia di dunia adalah lima dasar yang bersifat
universal, yaitu :
a) Hakikat hidup manusia
b) Hakikat
rakyat manusia
c) Hakikat waktu manusia
d) Hakikat
alam manusia
e) Hakikat
hubungan antar manusia.
2.
Sistem
Pengetahuan Pengetahuan
merupakan
kemampuan khas yang dimiliki manusia yang diperoleh dari lingkungannya untuk
mencipta, mempertahankan dan mengembangkan hidup dan kehidupan bersama melalui
proses belajar. Pengetahuan dapat pula didefinisikan sebagai hipotesa yang
telah teruji kebenarannya. Sistem pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai
makhluk sosial merupakan suatu akumulasi dari perjalanan hidupnya dalam hal
berusaha memahami:
a. Alam Sekitar
b. Alam flora di daerah tempat tinggal
c. Alam fauna
di daerah tempat tinggal
d. Zat-zat bahan mentah dan benda-benda dalam
lingkungannya
e. Tubuh
manusia
f. Sifat-sifat
dan tingkah laku sesama manusia
g. Ruang dan
waktu.
Untuk memperoleh pengetahuan tersebut di atas manusia
melakukan tiga cara, yaitu a. Melalui pengalaman dalam kehidupan sosial.
Pengetahuan melalui pengelaman langsung ini akan membentuk kerangka fikir
individu untuk bersikap dan bertindak sesuai dengan aturan yang dijadikan
pedomannya. Beribadah merupakan salah satu bentuk kepercayaan.
a. Pancasila merupakan
pandangan hidup bangsa Indonesia
b. Berdasarkan pengalaman yang diperoleh melalui
pendidikan formal/resmi (di sekolah) maupun dari pendidikan non-formal (tidak
resmi), seperti kursus-kursus, penataran- penataran dan ceramah
c. Melalui petunjuk-petunjuk yang bersifat
simbolis yang sering disebut sebagai komunikasi simbolik.
3. Pandangan hidup
Pandangan hidup adalah suatu prinsip dan pedoman yang
dijadikan acuan atau pegangan hidup individu, kelompok atau suatu bangsa.
Pandangan hidup memang menjadi suatu hal yang abstrak. Akan tetapi,
keberadaannya sangat berpengaruh terhadap individu, kelompok, atau suatu
bangsa. Dalam diri manusia pandangan hidup sangat berpengaruh pada persepsi,
sikap, dan perilaku seseorang. Dalam suatu bangsa (dalam hal ini bangsa
Indonesia), Pancasila dianggap sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia,
artinya Pancasila telah tumbuh dan berkembang pada masyarakat Indonesia
sehingga menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Di dalamnya terkandung
konsep nilai kehidupan yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia. Pancasila
merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang terdapat di kehidupan sehari-hari
masyarakat Indonesia yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad pada
bangsa itu untuk mewujudkannya.
4.
Kepercayaan
Kepercayaan
merupakan pandangan hidup yang telah menyatu dan mendarah daging pada diri
manusia, baik secara individual maupun secara kolektif, sehingga menjadi dasar
dalam berpikir, bersikap, dan berperilaku. Manusia mempercayai ada kekuatan
besar di luar dimensi manusia. Naluri untuk mencari kekuatan tersebut muncul
ketika manusia sudah tidak sanggup lagi untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.
Manusia percaya bahwa kekuatan Wanita solo identik dengan perilaku lemah
lembutnya. Persepsi orang orang umum terhadap salah satu Public Figure tidak
akan sama. tersebut dapat membantu menyelesaikan masalah dan membawa mereka
keluar dari masalah tersebut. Apabila dikaitkan dengan kehidupan keagamaan,
kepercayaan diimplementasikan dalam bentuk iman dan taqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Dalam konteks seperti ini, kepercayaan akan berkembang secara
sistematis dengan para pengikut yang fanatis.
5. Persepsi
Persepsi merupakan pandangan seseorang terhadap
sesuatu hal. Persepsi yang berbeda seringkali muncul antara manusia satu dengan
yang lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan sudut pandang yang
dimiliki oleh masing-masing manusia. Selain itu, lingkungan, pengetahuan dan
pengalaman juga turut andil dalam proses pembentukan perilaku tersebut.
Ada 3 macam persepsi yang terdiri atas:
a. Persepsi sensorik, yaitu persepsi yang terjadi
tanpa menggunakan salah satu alat indera manusia,
b. Persepsi telepati, yaitu kemampuan pengetahuan
kegiatan mental individu lain,
c. Persepsi
clairvoyance, yaitu kemampuan melihat peristiwa atau kejadian di tempat lain,
jauh dari tempat orang yang bersangkutan.
6. Etos
kebudayaan
Etos atau jiwa kebudayaan (dalam Antropologi) berasal
dari bahasa inggris berarti watak khas.
Etos sering tampak pada gaya perilaku masyarakat misalnya, kegemaran-kegemaran
warga masyarakatnya, serta berbagai benda budaya hasil karya mereka, dilihat
dari luar oleh orang asing. Masing- masing suku mempunyai etos kebudayaannya
masing-masing yang mungkin saja berbeda sangat mencolok, apa yang baik menurut suku
tertentu belum tentu baik menurut suku yang lain, oleh karenanya diperlukan
sikap kedewasaan untuk memahami kebudayaan lain.
D. UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
Dalam menganalisa suatu kebudayaan, seorang ahli
antropologi membagi seluruh kebudayaan ke dalam unsur-unsur besar yang disebut
“unsur-unsur kebudayaan universal”. Mengenai hal ini ada beberapa pandangan,
seperti yang diuraikan oleh C. Kluckhohn dalam bukunya yang berjudul Universal
Categories Of Culture (1953). C. Kluckhohn menuliskan tujuh unsur kebudayaan
atau dapat disebut sebagai isi pokok kebudayaan. Tujuh unsur tersebut
yaitu:
1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Organisasi
sosial
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi
5. Sistem mata pencaharian hidup
6. Sistem
religi
7. Kesenian
Dari ketujuh
unsur kebudayaan universal tersebut, mendapat sebutan universal karena unsur-
unsur tersebut dapat ditemukan di semua bangsa di dunia. Sehingga unsur-unsur
tersebut bersifat umum. Tiap unsur kebudayaan tersebut, tentu saja tidak lepas
dari wujud kebudayaan sebagai:
(1) nilai-nilai
budaya,
(2) sistem budaya,
(3) sistem
sosial,
(4) himpunan unsur-unsur kebudayaan fisik.
Dengan demikian, setiap unsur-unsur tersebut dapat
dibagi-bagi lagi menjadi beberapa sub unsur. Dari beberapa sub unsur tersebut
dapat dirinci sesuai dengan wujud kebudayaannya.
Dalam
kerangka di atas terdapat empat tahap dari unsur kebudayaan. Dari masing-masing
tahap memiliki penjelasan sebagai berikut:
Tahap pertama, setiap sistem budaya dapat dibagi ke
dalam “adat-istiadat”, setiap· sistem
sosial dapat dibagi ke dalam “aktivitas sosial”, dan setiap himpunan unsur
kebudayaan fisik dibagi ke dalam “benda-benda kebudayaan”.
Tahap kedua, setiap adat sebaiknya dibagi ke dalam
“kompleks budaya”, setiap· “aktivitas
sosial” dibagi ke dalam “kompleks sosial”, sedangkan benda kebudayaan tidak
berubah.
Tahap ketiga, disarankan kompleks budaya dibagi
menjadi “tema-tema budaya”, tiap-· tiap
kompleks sosial lebih lanjut diuraikan menjadi “pola sosial” dan seperti tahap
kedua, benda kebudayaan tidak mengalami perubahan.
Tahap keempat,setiaptemabudaya dibagi lagi ke dalam
“gagasan”, setiap pola sosial· dibagi ke
dalam “tindakan”, dan benda kebudayaan tidak berubah.
Memakai batik adalah bukti bahwa batik merupakan aset
milik bersama dan harus dilestarikan. Table Manner juga merupakan salah satu
kebudayaan dengan merombak tata cara makan.
E. KARAKTERISTIK
KEBUDAYAAN
Melalui studi perbandingan terhadap sejumlah
kebudayaan, para ahli antropologi telah berhasil memperoleh pengertian tentang
pengertian karakteristik-karakteristik pokok kebudayaan, antara lain sebagai
berikut.
1. Kebudayaan
sebagai milik bersama Kebudayaan sebagai milik bersama memiliki arti bahwa
kebudayaan tersebut adalah tanggung jawab bersama. Baik itu masyarakat, suatu
kelompok orang, komunitas, atau bangsa. Rasa memiliki tersebut muncul karena di
dalam kebudayaan yang telah tumbuh di tengah masyarakat itu terdapat cita-cita,
nilai, dan aturan untuk bertindak yang sama antar individu dan sudah menjadi
kesepakatan bersama.
2. Suatu hasil
dari proses belajar Di sub bab B telah penulis uraikan mengenai definisi
“kebudayaan” menurut antropologi adalah seluruh sistem gagasan dan rasa,
tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat,
yang dijadikan miliknya dengan belajar. Hampir seluruh tindakan manusia adalah
“kebudayaan”, karena jumlah tindakan tanpa melalui proses belajar sangat
terbatas. Bahkan tindakan yang mengandalkan naluri seperti makan, minum,
berjalan, sudah dirombak oleh manusia sendiri sehingga menjadi tindakan
kebudayaan. Ada istilah table manner untuk mempelajari budaya di meja makan dan
catwalk class atau baris-berbaris untuk mempelajari cara berjalan.
3. Kebudayaan
mengandung simbol Simbol adalah sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan oleh
mereka yang menggunakannya dan telah disepakati bersama. Wanita bali memakai
bunga kamboja di telinga karena hal tersebut memiliki arti khusus dari segi
spiritual dan budaya. Akan tetapi, akan menjadi tidak bermakna khusus apabila
hal yang sama dilakukan bukan oleh wanita bali.
Marawis adalah contoh Integrasi budaya dari kesenian,
agama dan bahasa. Bunga yang disematkan di telinga wanita bali memiliki makna
tersendiri Bahasa sebagai alat komunikasi akan tetap ada sampai kapanpun. Ahli
antropologi berkebangsaan Amerika, Leslie White, dalam The Evolution of Culture
( 1959 ) berpendapat bahwa semua perilaku manusia dimulai dengan penggunaan
lambang atau simbol. Perilaku manusia salah satunya adalah untuk berinteraksi
atau berkomunikasi. Untuk berkomunikasi diperlukan simbol yang telah memiliki
makna sama di suatu kelompok. Simbol ini selanjutnya berkembang menjadi
“bahasa”.
4. Berfungsi sebagai kesatuan yang saling berhubungan
( Integrasi ) Integrasi adalah kecenderungan semua aspek kebudayaan untuk
berfungsi sebagai kesatuan yang saling berhubungan. Biasanya untuk keperluan
analisis dan perbandingan, para ahli antropologi sering menguraikan kebudayaan
menjadi sejumlah bagian atau unsur yang kelihatannya berdiri sendiri-sendiri.
Akan tetapi, sebenarnya unsur-unsur tersebut saling terkait satu sama lainnya
sehingga kebudayaan berfungsi sebagai kesatuan yang saling berhubungan.
Misalnya dalam menganalisis kebudayaan suatu suku bangsa, para ahli antropologi
sering menguraikan mengenai unsur peralatan dan perlengkapan hidupnya, unsur
mata pencahariannya, sistem keluarga dan kemasyarakatannya, unsur keseniannya,
bahasanya, keyakinannya, dan sistem pengetahuannya. Masing masing unsur
tersebut seolah- olah dapat berdiri sendiri.
5. Kebudayaan
bersifat superorganik Herkovits dan Malinowski memberi sebutan kebudayaan
sebagai suatu yang superorganik. Disebut demikian karena kebudayaan diwariskan
turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya sehingga tetap hidup
terus menerus secara berkesinambungan, walaupun manusia yang menjadi anggota
masyarakat senantiasa silih berganti karena kematian dan kelahiran.
BAB III
KESIMPULAN
Antropologi kebudayaan membahas segala tingkah laku
manusia secara keseluruhan dalam budayanya seperti tindakan, aktivitas, rasa
dan gagasan, karya dan segala macam hal yang bersangkutan antara manusia dan
budayanya. Inti bahasan kebudayaan dalam antropologi juga berbeda dengan
pembahasan kebudayaan secara umum yang cenderung menekankan pada keindahan
saja.
Akan tetapi,
dalam antropologi lebih menekankan pada sebuah tindakan yang dihasilkan dari
proses belajar Didalam kebudayaan tersebut terdapat substansi, unsur dan
karakteristik yang erat kaitannya dengan ilmu antropologi. Ketiganya membangun
“kebudayaan” dan menjelaskan secara lebih rinci makna antropologi kebudayaan
itu.
Komentar
Posting Komentar